TUGAS TEKNOLOGI PANGAN
FERMENTASI “SOSIS”

DISUSUN OLEH :
CAHYATI AYU WULANDARI
NIM : P05130112 008
TINGKAT : IIA
PRODI DIII GIZI
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN GIZI
2014

A.
DEFINISI
SOSIS
Menurut Raharjo dan Wasito (2002),
sosis merupakan produk daging yang digaram dan dibumbui, berasal dari bahasa
latin Salsus (garam). Produk ini
lebih populer karena bentuknya lonjong bulat. Lebih lanjut, sosis yang dibuat
dari daging segar mempunyai tingkat kekenyalan yang lebih tinggi dibandingkan
bila dibuat dari daging yang dilayukan lebih dahulu.
Menurut Dedi
(2012), kata sosis berasal dari kata dalam bahasa Latin “Salsus”, yang berarti
diasinkan atau diawetkan. Menurut catatan sejarah, yaitu dokumen Yunani yang
ditulis sekitar tahun 500 SM, sosis pertama kali dibuat oleh orang Sumaria
(sekarang Irak) sekitar tahun 300 SM. Saat itu masyarakat Sumaria akan
menghadapi musim paceklik, lalu timbulah ide bagaimana caranya agar makanan
yang berlebih masih awet dan bisa dimakan dalam keadaan baik di musim paceklik
itu. Sehingga terciptalah makanan siap saji dari daging yang diberi garam
dibumbui dan dimasukan dalam selongsong dari usus hewan.
Berdasarkan proses pengolahannya, sosis secara umum dibagi
menjadi 5 yaitu:
- Sosis segar, yaitu jenis sosis yang dibuat dari daging segar yang tidak dimasak dan tidak dikyuring, contoh polish sausage
- Sosis yang diasap dan dimasak, yaitu sosis yang mempunyai karakteristik sama dengan sosis segar, namun sosis ini diselesaikan dengan pengasapan untuk memberikan flavor dan warna yang berbeda, serta harus dimasak dahulu sebelum dikonsumsi, contoh frankfuter, bologna, knackwurst
- Sosis masak, yaitu sosis yang dipersiapkan dari satu atau lebih macam-macam daging unggas, contoh beer salami, liver sausage
- Sosis fermentasi, yaitu sosis yang diproduksi melalui proses fermentasi dengan persiapan paling rumit diantara semua jenis sosis, contoh summer sausage, cervelat, dry salami, pepperoni
- Sosis daging spesial, yaitu sosis yang dibuat dari daging cacah yang biasanya dimasak atau cenderung dibakar daripada diasap, contoh meat loaves.
Selain kelima macam sosis di atas, sosis juga dapat
dibedakan menjadi menjadi 3, yaitu:
- Sosis mentah (rohwurst), dibuat dari daging sapi mentah yang digiling (tanpa proses pemasakan), kemudian ditambahkan kultur bakteri lactobacillus sehingga terjadi proses fermentasi
- Sosis matang (brunchwurst), dibuat dari daging mentah digiling, diolah, lalu dimasak. Sosis jenis Brunchwurst merupakan jenis sosis yang paling banyak beredar di Indonesia
- Sosis masak (kochwurst), biasanya dibuat dari daging tetelan atau hati yang direbus, diolah, dan dimasak lagi.
Menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI 01-3820-1995), sosis yang baik harus mengandung protein minimal 13%, lemak
maksimal 25% dan karbohidrat maksimal 8%. Jika standar ini terpenuhi, maka
dapat dikatakan bahwa sosis merupakan makanan sumber protein. Hanya saja,
karena kadar lemak dan kolesterol sosis yang cukup tinggi, sosis sebaiknya
tidak dijadikan menu rutin bagi anak-anak guna mencegah masalah obesitas dan
penyakit-penyakit yang mengikutinya dikemudian hari.
Sosis
fermentasi adalah produk yang terdiri dari campuran daging dan lemak, garam
NaCl, bahan-bahan kuring, dan bumbu yang dimasukkan ke dalam casing kemudian
difermentasi dan dikeringkan. Di luar negeri khususnya Italia, Jerman,
Perancis, Spanyol, Netherland dan Scandinavia produk sosis fermentasi dikenal
dengan nama dry sausage atau semi dry sausage. Sedangkan di Indonesia produk
sosis fermentasi masih jarang ditemukan, di pasaran lokal produsen sosis lebih
banyak menjual jenis emulsi (fresh sausage) yang terbuat dari olahan daging
sapi dan ayam. Padahal dari segi kesehatan, produk sosis fermentasi d klaim
lebih menyehatkan daripada sosis emulsi.
Sosis fermentasi merupakan produk
sosis yang berasal dari hasil kerja bakteri pembentuk asam laktat, baik yang
terdapat dalam daging secara alami, maupun bakteri starter yang ditambahkan.
Sosis fermentasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sosis kering (dry
sausage) dan sosis semi kering (semi dry sausage). Kultur starter
yang digunakan pada pembuatan sosis semi kering adalah Pediococcus
acidilactici, sedangkan pada sosis kering adalah Lactobacillus atau Pediococcus
atau campuran Micrococcus dan Lactobacillus.
Salami
merupakan salah satu contoh sosis fermentasi (dry sausage) yang
mempunyai karakteristik khusus dengan melibatkan bakteri asam laktat, dengan
waktu fermentasi selama 3 bulan, biasanya dikemas dengan diameter yang agak
besar dan bentuk adonannya kasar, serta mempunyai flavor tertentu. Salami
adalah sosis tradisional ala Italia. Salami biasanya terbuat dari daging
cincang, lemak hewan, ternak dan rempah, serta bahan-bahan lain yang
ditambahkan bakteri asam laktat dan melalui proses pengasapan. Jenis salami
yang terdapat di pasar antara lain, Lola, B. C. Salami, milano, dan lain-lain.
yang terdapat di pasar antara lain, Lola, B. C. Salami, milano, dan lain-lain.
B.
BAHAN
MAKANAN YANG BISA DIBUAT FERMENTASI SOSIS
Bahan-bahan yang dapat dibuat produk
fermentasi dari sosis adalah :
Ø Daging sapi
Ø Daging kambing
Ø Ikan
Ø (semua jenis daging hewan dalam
keadaan baik dan memiliki daya serap air yang tinggi)
C.
SIFAT
SIFAT DALAM BAHAN FERMENTASI SOSIS
1.
Daging
Daging
merupakan sumber protein berkualitas tinggi, mengandung vitamin B dan mineral,
khususnya besi. Secara umum dapat dikatakan bahwa daging terdiri dari air dan
bahan- bahan padat. Bahan padat daging terdiri dari bahan – bahan yang
mengandung nitrogen, mineral, garam dan abu. Kurang lebih 20% dari semua bahan
padat dalam daging adalah protein. Bagian potongan daging yang dapat digunakan
sebagai bahan baku sosis adalah potongan daging seperti beef short ribs,
chuck, dan round pork shoulder. Karakteristik daging yang digunakan adalah
yang memiliki daya mengikat air.
2.
Garam
Garam yang digunakan dalam pembuatan
produk sosis adalah jenis garam dapur (NaCl), garam tidak hanya berfungsi
sebagai pembentuk flavor, namun juga berpengaruh dalam pembentukan
karakteristik fisik dan adonan. Garam mempunyai peran yang cukup menentukan
yaitu memberikan kelezatan produk, mempertahankan flavor dari bahan-bahan yang
digunakan, serta berfungsi sebagai pengikat adonan sehingga mengurangi
kelengketan. Selain itu, garam juga dapat membantu mencegah berkembangnya
mikroba yang ada dalam adonan. Komposisi garam dalam sosis berkisar 1-3%.
3.
Gula
Penambahan
gula terutama sukrosa dan glukosa selain sebagai substrat fermentasi untuk pertumbuhan
bakteri asam laktat, juga berperan dalam pembentukan cita rasa dan tekstur
sosis fermentasi. Gula sebagai bahan pengawet berfungsi sebagai nutrisi untuk
pertumbuhan bakteri asam laktat yang akan memulai proses fermentasi. Gula yang
ditambahkan akan difermentasi menjadi asam laktat oleh bakteri asam laktat dan
menghasilkan flavor yang tajam. Gula yang ditambahkan secara tepat dapat
mengaktifkan proses fermentasi dan mempercepat penurunan pH.
4.
Rempah-rempah
Biji
merica digunakan sebagai bumbu pemberi rasa dan aroma, karena rempah-rempah
dapat menyamarkan makanan dengan penutup rasa makanan yang kurang enak. Selain
itu juga berfungsi sebagai pengawet. Bawang putih merupakan bumbu yang sangat
khas dalam pembuatan sosis fermentasi. Bawang putih mengandung antioksidan yang
kuat dan dapat memperpanjang daya tahan sosis. Bawang putih dapat dipakai
sebagai pengawet karena bersifat bakteriostatik. Lada biasanya digunakan pada
semua tipe sosis fermentasi sebanyak 0,2-0,3% dan berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan Listeria monocytogenes.
5.
Kultur
Starter
Mikroorganisme
yang digunakan sebagai kultur starter pada umumnya dibagi menjadi dua grup,
yaitu kelompok bakteri asam laktat, peran utamanya adalah bertanggung jawab
terhadap proses asidifikasi dan kelompok mikroorganisme pembentuk flavor sering
mampu mereduksi nitrat. Kelompok pertama terdiri atas Lactobacillus
dan Pediococcus, yang kedua adalah kelompok Microccaceae,
kapang.
Bakteri asam laktat yang digunakan sebagai kultur starter
harus dapat memenuhi kriteria yaitu:
1)
Mampu
bersaing dengan mikroorganisme lain.
2)
Memproduksi
asam laktat secara cepat,
3)
Mampu
tumbuh pada konsentrasi garam kurang dari 6%,
4)
Mampu
bereaksi dengan dengan konsentrasi kurang dari 100 mg/kg,
5)
Mampu
tumbuh pada suhu antara 15-40˚C,
6)
Termasuk
bakteri homofermentatif,
7)
Tidak
menghasilkan peroksida dalam jumlah besar,
8)
Dapat
mereduksi nitrit dan nitrat,
9)
Dapat
meningkatkan flavour produk akhir,
10)
Tidak
memproduksi senyawa asam amino,
11)
Dapat
membunuh bakteri pembusuk dan pathogen.
12)
Bersifat
sinergis dengan senyawa starter lain.
Starter bakteri asam laktat yang banyak digunakan biasanya
dari golongan Lactobacillus. Penggunaan kultur starter dalam pembuatan
sosis fermentasi dilakukan untuk meningkatkan mutu produk produk dengan
meningkatakan keamanan produk, memperpanjang umur simpan, dan menghasilkan
produk yang konsisten.
6.
Selongsong
Selongsong adalah bahan pengemas sosis yang umumnya
berbentuk silindris. Selongsong sosis dapat berfungsi sebagai cetakan selama
pengolahan, pembungkus selama penanganan dan pengangkutan serta sebagai media
display selama diperdagangkan. Penggunaan casing dalam pembuatan sosis
bertujuan untuk membentuk dan menjaga stabilitas sosis serta melindungi dari
kerusakan kimia seperti oksidasi, mikroba, atau kerusakan fisik seperti
ketengikan. Terdapat 5 jenis casing yang sering digunakan dalam
pembuatan sosis yaitu alami, kolagen, selulosa, plastic, serta logam.
Casing alami
biasanya terbuat dari usus alami hewan, casing ini mempunyai
keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi dan melekat pada produk, sedangkan
kerugian dari casing ini adalah produk ini tidak awet. Casing kolagen
biasanya berbahan baku dari kulit hewan besar, keuntungan dari jenis casing ini
dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada produk. Casing selulosa
biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan dari casing selulosa adalah
dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Kekurangan dari casing ini
adalah sangat keras dan dianjurkan untuk tidak dimakan.
D.
NAMA
PRODUK FERMENTASI SOSIS
Nama produk fermentasi dari sosis
adalah
Ø Salami
(dry sausage)
E.
MIKROORGANISME
DALAM FERMENTASI SOSIS
Mikroorganisme yang terlibat dalam
pembuatan fermentasi sosis adalah :
Ø Pediococcus
cerevisiae
Bakteri Pediococcus sp. digunakan dalam pembuatan
sosis. Tidak semua sosis dibuat melalui proses fermentasi. Sosis fermentasi
dikenal dengan istilah dry sausage atau semi dry sausage. Pediococcus
adalah genus bakteri
yang termasuk bakteri asam laktat (BAL) dengan ciri non-motil
(tidak bergerak) dan memiliki bentuk sferis. Genus Pediococcus
termasuk golongan fakultatif anaerob dan untuk hidup memerlukan lingkungan yang
kaya nutrisi serta mengandung faktor pertumbuhan dan gula yang dapat
difermentasi. Bakteri ini termasuk homofermentatif (hanya
menghasilkan asam laktat) dan tidak dapat menggunakan
pentosa (karbohidrat beratom C5). Suhu optimum untuk
pertumbuhan Pediococcus adalah 25-30 °C dan pH optimum ± 6.
Ø Lactobacillus
plantarum
Lactobacillus
plantarum termasuk bakteri gram positif, tidak memiliki kemampuan
katalase dan cenderung membentuk rantai-rantai pendek. Lactobacillus
plantarum mampu hidup dengan baik pada pH 5 sampai 6,5 dan konsentrasi NaCl 1,5
sampai 2% sehingg a dapat diterapkan baik pada daging PSE ( Pale Soft Exudative
), normal maupun DFD ( Dark Firm Dry) dan sosis fermentasi dengan
formilasi garam sampai 2%.Bakteri ini termasuk bakteri homofermentatif dengan kisaran
suhu optimum pertumbuhan 37°C atau lebih serta memilki fungsi proteolitik.
Aktivitas proteolitik ini dapat membantu mencapai kualitas sosis yang lebh baik
karena proses degradasi protein berjalan secara alami (Fadda et al ,
1998).
Ø Pediococcus acidilactici U318
Pediococcus acidilactici U318
bersifat fakultatif anaerob dan mikroaerofilik, dapat tumbuh pada temperatur 35o
C - 50o C, dan pH 4,4 -7,0. Secara umum Pediococcus
acidilactici dapat tumbuh di dalam sebagian besar sosis setengah kering dan
ini tergantung temperatur fermentasi yang digunakan (Bacus,1984). Pediococcus
acidilactici U318 yang diisolasi dari urutan dapat menurunkan
pH dengan cepat sehingga bakteri non-BAL terutama bakteri yang merugikan dapat
dihambat pertumbuhannya. Bakteri ini juga menghasilkan bakteriosin. Bakteriosin
merupakan polipeptida (protein) yang mempunyai berat molekul kecil dan
dihasilkan pada saat proses fermentasi berlangsung (Eckner, 1992).
Ø Lactobacillus
sake
Ø L.
curvatus
Ø (hampir semua bakteri asam laktat)
F.
Cara
membuat produk fermentasi sosis
Ø Bahan :
·
Daging giling
beku sebanyak 1000 gram.
·
Lemak sapi
giling sebanyak 200 gram.
·
Bumbu-bumbu yang
terdiri dari gula 0,5%.
·
Garam dapur nps
2% (garam, nitrit, gula, rempah-rempah : merica,
bawang putih, lada).
·
Kultur
bakteri asam laktat ( lactobacillus fermentum ) 2%.
Ø Alat :
·
food processor
·
food cutter
·
stuffer
·
casing
·
peralatan dapur
(pisau, sendok,kompor, dll)
Ø Prrosedur kerja
1. Daging
dan lemak sapi digiling kedalam cutter.
2. setelah
halus ditambahkan dengan gula, garam
NPS, dan kultur kemudian digiling kembali.
3. Setelah
adonan halus ditambahkan dengan
bumbu-bumbu lalu digiling kembali.
4. Adonan yang sudah halus dan
tercampur merata dimasukkan kedalam stuffer untuk dicetak ke dalam
selongsong. Setelah adonan selesai dicetak,
difermentasikan selama satu hari dan diasapkan selama tiga hari. pengasapan dilakukan selama dua jam pada suhu 30°C-40°C
setiap harinya.
5. Tahapan
ini merupakan tahap peningkatan suhu sosis yang memungkinkan bakteri alami
tumbuh dan bereaksi dengan daging. Fermentasi merupakan tahapan penting pada
proses pembuatan sosis dan suhu yang tepat juga memainkan peran yang penting.
Semakin tinggi suhu, maka semakin tinggi kecepatan pertumbuhan bakteri. Suhu
pertumbuhan yang terbaik adalah suhu tubuh kita (36,6°C).
6. Pengasapan
dilakukan pada suhu 70°C selama 30 menit, asap diusahakan menempel dan masuk ke
dalam casing sehingga sosis berflavor asap. Pengasapan adalah suau cara
pengawetan bahan makanan terutama pada daging dan ikan. Pengasapan dapat
memberikan cita rasa khas, mengawetkan, dan memberikan warna yang khas.
7. Setelah
itu lakukan pengeringan untuk mengurangi kandungan air pada sosis. Pengeringan
merupakan suatu metode untuk mengurangi/ mengeluarkan sebagian air dari sosis
dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas.
8. Lakukan
penyimpanan pada suhu sangat rendah.
Ø Pengendalian
Proses Pembuatan Sosis Fermentasi
Tahapan
Proses
|
Sosis
Semi Kering
|
Sosis
Kering
|
Persiapan
|
Suhu
daging <7°C; pH <5.8; tidak ada kontaminasi silang
|
|
Chilling/Freezing
|
Suhu
daging <2°C
|
|
Pemberian
Bumbu dan Pencampuran
|
100-125
mg NaNO2/kg; Pediococcus acidilactici; Gula 0,5-0,8%; Aw
0,95
|
50-70
mg NaNO2/kg; Lactobacillus atau Pediococcus atau
campuran Micrococcus dan Lactobacillus; Gula 0,3-0,5%; Aw 0,95
|
Fermentasi
|
20-25°C;
2-3 hari; pH<5.3
|
18-22°C;
3 hari; pH <5.3
|
Aging/Drying
|
<15°C;
RH 70-80%; Aw 0.93
|
10-15°C;
RH 70-80%; Aw <0.90
|
Penyimpanan
|
<15°C
|
<25°C
|
Ø Karakteristik
Sosis Fermentasi
Sosis fermentasi yang telah jadi akan memiliki karakteristik pH yang
asam, yaitu 4,8-5,3. Pada sosis kering (dry sausage) akan terjadi
penurunan berat sebesar 60-70% dari berat awal setelah dilakukan proses
fermentasi, sehingga kadar air akhir dari sosis kering yaitu 25-45% dengan
ratio perbandingan antara air dan protein sebesar 2,3 : 1. Sedangkan pada sosis
semi kering (semi dry sausage), kadar air pada akhir prosesnya yaitu
55-60% dengan ratio perbandingan antara air dan protein sebesar 3,7 : 1.
Pertumbuhan kapang, khamir atau bakteri pada permukaan sosis dapat
menyebabkan kondisi permukaan berjamur atau berlendir. Hal ini dapat terjadi
ketika sosis diperlakukan buruk dan dikeringkan. Kelembaban menjadi meningkat
sehingga suhu penyimpanan berubah, terutama dari suhu rendah ke suhu yang lebih
tinggi. Permukaan yang berlendir dan berjamur ini adalah akumulasi besar sel
mikroba yang dapat menyebabkan perubahan karakteristik pada produk akhir.
G.
MANFAAT
PRODUK FERMENTASI BAGI KESEHATAN MANUSIA
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pengkonsumsian
sosis fermentasi, yaitu:
a.
Mempunyai
nilai gizi yang lebih tinggi dari nilai gizi bahan asalnya (mikroorganisme
bersifat katabolik, memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana sehingga
mudah dicerna dan mensintesis vitamin kompleks dan faktor-faktor pertumbuhan
badan lainnya, sebagai contoh vitamin B12, riboflavin, provitamin A).
b.
Meningkatkan
kesehatan dengan cara meningkatkan jumlah bakteri baik dalam saluran pencernaan
sehingga dapat menghindarkan dari berbagai macam penyakit terutama penyakit
yang berhubungan dengan saluran pencernaan.
c.
Memiliki
daya cerna yang tinggi sehingga mudah diserap dan dicerna oleh tubuh.
d.
Selain kandungan asam aminonya, produk
sosis fermentasi dapat dijadikan sebagai sumber pangan baru probiotik. Selama
ini kita mengenal aplikasi asam laktat sebagai probiotik banyak diterapkan pada
susu dan sereal saja.
e.
Penggunaan kultur starter yang digunakan
adalah Lactobacillus plantarum dan Pediococcus menunjukkan adanya peningkatan
kandungan beberapa asam amino pada produk sosis. Seperti, aspartat, glutamat,
serin, histidin, treonin, arginin, alanin, tirosin, metionin, valin,
fenilalanin, ileusin, dan leusin. Keberadaan asam amino esensial tersebut
sangat dibutuhkan untuk menunjang kesehatan tubuh.
H.
LITERATUR
·
Domowe, Wedliny. 2011. Traditional
Fermented Sausages. http://www.wedliny-
domowe.com/sausage-types/fermented-sausage/traditional.
Diakses tanggal 28 Mei 2011.
·
Widiantoko, R. 2010. Proses
Pembuatan Sosis. http://lordbroken.wordpress.com/
2010/08/27/proses-pembuatan-sosis/. Diakses tanggal 5 Mei 2011.
·
http://labfpuwg.files.wordpress.com/2010/02/proses-dan-produk-makanan-fermentasi.pdf.
mantap
BalasHapus